ARSITEKTUR ENTERPRISE
Salah satu faktor pendorong
organisasi untuk meman[1]faatkan arsitektur
enterprise dikarenakan semakin mening[1]katnya kebutuhan
organisasi terhadap fungsi bisnis dan pro[1]ses
bisnis yang sedang dijalankan. Pada saat organisasi ingin merencanakan
pengembangan arsitektur enterprise yang sesuai dengan kebutuhannya, pada
umumnya akan mengalami kesulitan karena banyaknya metodologi atau[1]pun framework yang
bisa digunakan. Di samping per[1]masalahan tersebut,
dewasa ini organisasi juga dihadapkan pada dilema tentang bagaimana cara
menyelaraskan antara strategi bisnis dengan strategi teknologi. Untuk menjawab
tantangan ini organisasi harus mengembangkan arsitektur enterprise yang harus
mampu menyediakan suatu frame[1]work. Hal ini untuk
membuat keputusan teknologi infor[1]masi jangka panjang
yang tepat guna dengan mempertim[1]bangkan kebutuhan
organisasi secara keseluruhan. Pada prinsipnya arsitektur enterprise adalah
tools yang digunakan untuk mewujudkan keselarasan teknologi infor[1]masi dengan bisnis
yang dijalankan organisasi [1]. Kese[1]larasan hanya bisa
dicapai apabila organisasi benar-benar mendefinisikan kebutuhannya secara
menyeluruh. Kebu[1]tuhan dimulai dari
mendefinisikan arsitektur bisnis dari or[1]ganisasi,
arsitektur data yang akan digunakan, arsitektur aplikasi yang akan dibangun dan
arsitektur teknologi yang nantinya mendukung jalannya aplikasi. Setiap proses
dan tahapan dalam mengembangkan ar[1]sitektur enterprise
sangat memperhatikan domain bisnis yang ada dalam organisasi, sedangkan domain
data atau informasi dan teknologi sangat dipengaruhi oleh perkem[1]bangan dari teknologi
dan aplikasi. Peran domain bisnis dalam pengembangan arsitektur enterprise
mempengaruhi domain-domain yang lainnya. Domain bisnis sebuah perguruan tinggi
(PT) memiliki ciri khas yang berbeda dengan bisnis jasa lainnya. Di In[1]donesia khususnya PT
dibagi menjadi dua yaitu perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi
swasta (PTS). Pada prinsipnya dua jenis perguruan tinggi tersebut mem[1]punyai domain bisnis
yang sama. Hal yang membedakan adalah bagaimana manajemen dari perguruan tinggi
terse[1]but. Semakin besarnya
perguruan tinggi maka semakin komplek kebutuhannya. Organisasi perguruan tinggi
lebih menekankan arahan strategis peranan teknologi informasi dalam mendukung
kegiatan akademik, operasional, keuangan, dan manaje[1]men
perguruan tinggi. Hal ini diharapkan untuk terca[1]painya
keselarasan investasi teknologi yang dikeluarkan dengan kebutuhan bisnis yang
ada dalam perguruan tinggi [2]. Dalam makalah ini akan dibahas secara ringkas
bagai[1]mana mengembangkan
model arsitektur enterprise pergu[1]ruan tinggi yang
nantinya diharapkan dapat digunakan oleh perguruan tinggi di Indonesia.
Keselarasan penerapan sistem informasi dengan kebu[1]tuhan
organisasi hanya mampu dijawab dengan memper[1]hatikan
faktor integrasi didalam pengembangannya. Tu[1]juan
integrasi yang sebenarnya adalah untuk mengurangi kesenjangan yang terjadi
dalam proses pengembangan sis[1]tem [3]. Untuk
mengurangi kesenjangan tersebut, maka diperlukan sebuah paradigma dalam
merencanakan, me[1]rancang, dan
mengelola sistem informasi yang disebut de[1]ngan
arsitektur enterprise (enterprise architecture). Ar[1]sitektur
enterprise adalah sebuah pendekatan logis, kom[1]prehensif,
dan holistik untuk merancang dan mengimple[1]mentasikan
sistem dan komponen sistem secara bersamaan [4]. Berbagai macam paradigma dan
metode bisa digunakan dalam pengembangan model arsitektur enterprise, dianta[1]ranya adalah: -
Zachman Framework, - The Open Group Architecture Framework (TOGAF), -
Architecture Development Method (ADM), - Enterprise Architecture Planning
(EAP), dan lainnya. Dalam makalah ini akan dibahas penggunaan TOGAF ADM dalam
menghasilkan model arsitektur enterprise. Se[1]hingga
akan didapatkan gambaran yang jelas cara melaku[1]kan
pengembangan model arsitektur enterprise untuk men[1]dapatkan
sebuah arsitektur enterprise yang baik dan bisa digunakan oleh organisasi dalam
mencapai visi, misi, dan tujuan strategisnya (Gambar 1). Luaran yang dapat
dicapai dari model arsitektur enter[1]prise tersebut adalah
menghasilkan model dan kerangka dasar (blue print) dalam mengembangkan sistem
informasi yang terintegrasi untuk mendukung kebutuhan organisasi
TINJAUAN
PUSTAKA Arsitektur Enterprise Enterprise architecture atau lebih dikenal dengan
ar[1]sitektur
enterprise adalah deskripsi dari misi stakeholder yang di dalamnya termasuk
informasi, fungsionalitas/kegu[1]naan,
lokasi organisasi dan parameter kinerja. Arsitektur enterprise mengambarkan
rencana untuk mengembangkan sebuah sistem atau sekumpulan sistem yang terintegrasi
[6, 7]. Dalam mengimplementasikan arsitektur enterprise se[1]baiknya
organisasi mengadopsi sebuah metode atau frame[1]work yang bisa
digunakan dalam melakukan pengemban[1]gan
arsitektur enterprise tersebut. Dengan adanya metode enterprise arsitektur organisasi
diharapkan dapat mengelo[1]la
sistem yang kompleks dan dapat menyelaraskan bisnis dan TI yang akan
diinvestasikan [8]. Secara umum pengelompokan dari arsitektur enterprise
(domain architecture) di dalam mendukung tujuan orga[1]nisasi terdiri dari
arstitektur bisnis, arsitektur data, arsitek[1]tur aplikasi dan
arsitektur teknologi dapat diilustrasikan pada Gambar 1. Arsitektur bisnis
dipandang sebagai lan[1]dasan
atau penggerak bagi komponen-komponen lain dari arsitektur enterprise.
Arsitektur Bisnis dapat bertindak se[1]bagai
motivator dalam mengembangkan rencana-rencana bisnis, teknologi, penggunaan
aplikasi dan implementasi. Arsitektur data/informasi dipandang sebagai
informasi/data yang dijadikan satu aset dalam mendukung bisnis yang akan
digunakan untuk menetapkan kebutuhan sistem ap[1]likasi. Selanjutnya
arsitektur ini akan digunakan mengelola sekumpulan entitas data atau mengelola
informasi. Ar[1]sitektur
aplikasi dipandang sebagai pendefinisian jenis ap[1]likasi utama yang
akan digunakan dalam mengelola data yang telah dikumpulkan serta diperlukan
juga dalam men[1]dukung
bisnis. Arsitektur teknologi dipandang sebagai pen[1]definisian platform
teknologi yang akan digunakan untuk penyediaan lingkungan aplikasi dalam
mengelola data dan sebagai alat dalam mendukung bisnis. TOGAF ADM TOGAF muncul
dengan cepat dan merupakan kerang[1]ka
kerja serta metode yang dapat diterima secara luas da[1]lam pengembangan
arsitektur perusahaan. Berawal dari Technical Architecture for Information
Management atau (TAFIM) di Departemen Pertahanan Amerika Serikat, ke[1]rangka
kerja itu diadopsi oleh Open Group pada perten[1]gahan 1990an.
Spesifikasi pertama TOGAF diperkenalkan pada tahun 1995, dan TOGAF 8
(Enterprise Edition) dirilis pada awal 2004. Pada saat ini sudah ada TOGAF 9
yang secara keseluruhan melengkapi versi sebelumnya. TOGAF memberikan metode
yang detil tentang bagai[1]mana
membangun dan mengelola serta mengimplemen[1]tasikan arsitektur
enterprise dan sistem informasi yang di[1]sebut
dengan ADM [3, 9, 10, 11]. ADM merupakan metode generik berisikan sekumpu[1]lan
aktivitas yang digunakan dalam memodelkan pengem[1]bangan arsitektur
enterprise. Metode ini juga dapat di[1]gunakan
sebagai panduan atau alat untuk merencanakan, merancang, mengembangkan dan
mengimplementasikan arsitektur sistem informasi untuk organisasi [12]. TOGAF
ADM juga menyatakan visi dan prinsip yang jelas tentang bagaimana melakukan
pengembangan arsitek[1]tur
enterprise. Prinsip tersebut digunakan sebagai ukuran dalam menilai
keberhasilan dari pengembangan arsitektur enterprise oleh organisasi [3, 12].
Prinsip-prinsip tersebut meliputi prinsip Enterprise, prinsip Teknologi
Informasi (TI) dan Prinsip Arsitektur. Prinsip enterprise menyebutkan bahwa
pengembangan arsitektur yang dilakukan diharap[1]kan mendukung seluruh
bagian organisasi, termasuk unit[1]unit
organisasi yang membutuhkan. Prinsip TI lebih men[1]garahkan konsistensi
penggunaan TI pada seluruh bagian organisasi, termasuk unit-unit organisasi
yang akan meng[1]gunakan.
Prinsip Arsitektur
METODOLOGI TOGAF ADM
Berdasarkan Gambar 2 tahapan dari TOGAF ADM se[1]cara ringkas dapat
dibagi kedalam delapam langkah. TO[1]GAF ADM terdiri dari
1) architecture vision, 2) business architecture, 3) information system
architecture, 4) tech[1]nology architecture,
5) opportunities and solution, 6) mi[1]gration planning, 7)
implementation governance, dan 8) architecture change management. Tahap
Architecture Vision bertujuan menciptakan ke[1]seragaman
pandangan mengenai pentingnya arsitektur en[1]terprise
untuk mencapai tujuan organisasi
yang dirumus[1]kan
dalam bentuk strategi serta menentukan lingkup dararsitektur yang akan
dikembangkan. Pada tahapan ini beri[1]sikan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk menda[1]patkan arsitektur
yang ideal. Tahap Business Architecture mendefinisikan kondisi awal arsitektur
bisnis, menentukan model bisnis atau aktivitas bisnis yang diinginkan berdasar[1]kan
skenario bisnis. Pada tahap ini tools dan metode umum untuk pemodelan seperti:
BPMN, IDEF dan UML bisa di[1]gunakan
untuk membangun model yang diperlukan. Tahapan ketiga adalah Information System
Architec[1]ture
yang lebih menekankan pada aktivitas bagaimana ar[1]sitektur sistem
informasi dikembangkan. Pendefinisian ar[1]sitektur sistem informasi
dalam tahapan ini meliputi ar[1]sitektur
data dan arsitektur aplikasi yang akan digunakan oleh organisasi. Arsitekur
data lebih memfokuskan pada bagaimana data digunakan untuk kebutuhan fungsi
bisnis, proses dan layanan. Teknik yang bisa digunakan dengan yaitu:
ER-Diagram, Class Diagram, dan Object Diagram. Pada arsitektur aplikasi lebih
menekankan pada bagaimana kebutuhan aplikasi direncanakan dengan menggunakan Ap[1]plication
Portfolio Catalog, serta menitikberatkan pada mo[1]del aplikasi yang
akan dirancang. Teknik yang bisa di[1]gunakan
meliputi: Application Communication Diagram, Application and User Location
Diagram dan lainnya. Setelah menentukan arsitektur sistem informasi lang[1]kah
berikutnya adalah tahapan Technology Architecture. Tahapan ini membangun
arsitektur teknologi yang diingin[1]kan,
dimulai dari penentuan jenis kandidat teknologi yang diperlukan dengan
menggunakan Technology Portfolio Cat[1]alog
yang meliputi perangkat lunak dan perangkat keras. Tahapan ini juga akan
mempertimbangkan alternatif-alter[1]natif
yang diperlukan dalam pemilihan teknologi. Teknik yang digunakan meliputi
Environment and Location Dia[1]gram,
Network Computing Diagram, dan lainnya. Pada tahapan opportunities and solution
lebih menekan pada manfaat yang diperoleh dari arsitektur enterprise yang
meliputi arsitektur bisnis, arsitektur data, arsitektur aplikasi dan arsitektur
teknologi, sehingga menjadi dasar bagistake[1]holder untuk memilih
dan menentukan arsitektur yang akan diimplementasikan. Untuk memodelkan tahapan
ini dalam rancangan bisa menggunakan teknik Project Context Dia[1]gram
dan Benefit Diagram. Pada tahapan migration planning akan dilakukan pe[1]nilaian
dalam menentukan rencana migrasi dari suatu sis[1]tem informasi.
Biasanya pada tahapan ini untuk pemode[1]lannya
menggunakaan matrik penilaian dan keputusan ter[1]hadap kebutuhan utama
dan pendukung dalam organisasi terhadap impelementasi sistem informasi.
Kemudian taha[1]pan
implementation governance menyusun rekomendasi un[1]tuk pelaksanaan
tatakelola implementasi yang sudah di[1]lakukan,
tatakelola yang dilakukan meliputi tatakelola or[1]ganisasi, tatakelola
teknologi informasi, dan tatakelola ar[1]sitektur.
Pemetaaan dari tahapan ini bisa juga dipadukan dengan framework yang digunakan
untuk tatakelola seperti COBITS dari IT Governance Institute (ITGI) [10]. Taha[1]pan
terakhir yaitu architecture change management mene[1]tapkan rencana
manajemen arsitektur dari sistem yang baru dengan cara melakukan pengawasan
terhadap perkembang[1]an
teknologi dan perubahan lingkungan organisasi, baik internal maupun eksternal
serta menentukan apakah akan dilakukan siklus pengembangan arsitektur
enterprise beri[1]kutnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Model Arsitektur Bisnis Sebelum
memulai pemodelan bisnis ini, maka hal yang harus dilakukan pertama kali adalah
mendefinisikan suatu pertanyaan, yang berhubungan dengan pedoman yang di[1]gunakan perguruan
tinggi dalam menjalankan bisnisnya. Kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi
merupakan aktivitas inti dalam sebuah perguruan tinggi. Aktivitas inti ini
tidak akan bisa dijalankan dengan baik, apabila tidak ada dukun[1]gan dari aktivitas
lainnya, seperti: manajemen keuangan, manajemen sarana dan prasarana serta
manajemen sumber daya manusia dan lainnya. Untuk mengidentifikasi area
fungsional utama dan pen[1]dukung dari perguruan
tinggi digambarkan dalam bentuk rantai nilai seperti diilustrasikan pada Gambar
3. Masing[1]masing kegiatan utama
dan pendukung dapat diuraikan se[1]bagai berikut. Fungsi
Utama terdiri dari tiga kegiatan yaitu: Penerimaan Mahasiswa, Operasional
Akademik, dan Peng[1]lepasan Akademik.
Penerimaan Mahasiswa adalah kegi[1]atan penerimaan
mahasiswa baru sedangkan OperasionaAkademik dideskripsikan sebagai kegiatan
akademik yang ditujukan kepada mahasiswa sejak terdaftar sampai lulus. Kemudian
Penglepasan Akademik adalah kegiatan yang berhubungan dengan keluarnya
mahasiswa. Untuk Fungsi Pendukung terdiri dari Manajemen Aset & Sarana
Prasara[1]na, Manajemen Sumber
Daya Manusia, dan Manajemen Keuangan. Pendukung Manajemen Aset & Sarana
Prasara[1]na merupakan kegiatan
pengelolaan barang dan jasa meli[1]puti kegiatan yang
dimulai dari merencanakan keberadaan[1]nya sampai dengan
penghapusan. Sedangkan Manajemen Sumber Daya Manusia adalah kegiatan penentuan
kebu[1]tuhan dan alokasi
sumber daya manusia. Terakhir adalah Manajemen Keuangan yang mencakup kegiatan
pengelo[1]laan keuangan. Untuk
memodelkan arsitektur bisnis, terdapat berbagai teknik yang bisa digunakan,
seperti Business Process Mod[1]eling Notation
(BPMN), Functional Decomposition Dia[1]gram (FDD), diagram
Unified Modeling Language (UML), dan Integration Definition for Function
Modeling (IDEF0) [5]. Pada tahapan kedua dari TOGAF ADM yaitu Ar[1]sitektur Bisnis
(Business Architecture) juga menyediakan teknik yang bisa digunakan untuk
memodelkan arsitektur bisnis tersebut, antara lain BPMN. Sebelum memodelkan
arsitektur bisnis yang ada di per[1]guruan tinggi,
berikut akan dilakukan terlebih dahulu peru[1]musan
turunan fungsi bisnis dan fungsi pendukung berda[1]sarkan
rantai nilai dari Gambar 3 yang sudah dijelaskan sebelumnya. Adapun bentuk
turunan dari fungsi bisnis utama dan pendukung akan digambarkan dengan Func[1]tional Decomposition
Diagram (FDD). Salah satu contoh FDD bisa dilihat pada Gambar 4. Agar model
arsitektur bisnis dapat dipahami dengan baik maka fungsi-fungsi bisnis yang
telah didefinisikan da[1]pat digambarkan
dengan BPMN. Model proses BPMN me[1]rupakan representasi
grafis mengenai satu atau beberapa aspek sistem manajemen dari suatu
organisasi, karena se[1]cara langsung juga
memberikan gambaran yang jelas ten[1]tang siapa pembuat
keputusan untuk setiap proses. Salah satu contoh BPMN untuk fungsi penetapan
kalender aka[1]demik perguruan
tinggi ditunjukkan pada Gambar 5. Di[1]samping hasil
analisis dan dokumentasi proses bisnis yang sudah dibuat, sebaiknya juga
diperlukan evaluasi terhadap proses bisnis sehingga menghasilkan proses bisnis
yang lebih efektif dan efisien.
Model Arsitektur Data
Arsitektur data haruslah dapat
mengidentifikasikan da[1]ta yang mendukung
fungsi-fungsi bisnis seperti yang terde[1]finisi dalam model
bisnis. Untuk mendefinisikan arsitek[1]tur data, pertama
sekali didaftarkan kandidat entitas data dengan melakukan brainstorming
terhadap orang, tempat, dan kejadian yang memiliki makna (informasi) sehubung[1]an dengan model
bisnis perguruan tinggi. Untuk mendefinisikan arsitektur data, TOGAF ADM
merekomendasikan sebuah katalog (Data Component Cat[1]alog)
yang berisikan kumpulan data yang ada dalam orga[1]nisasi.
Rekomendasi lainnya adalah Business Function Ma[1]trix
yang menggambarkan hubungan relasi fungsi bisnis dengan entitas data yang ada
dalam perguruan tinggi. Beri[1]kut akan dijelaskan
tentang sebagian Data Component Cat[1]alog dalam sebuah
perguruan tingg.