Selasa, 17 Agustus 2021

Arsitektur Enterprise

 

ARSITEKTUR ENTERPRISE

Salah satu faktor pendorong organisasi untuk meman[1]faatkan arsitektur enterprise dikarenakan semakin mening[1]katnya kebutuhan organisasi terhadap fungsi bisnis dan pro[1]ses bisnis yang sedang dijalankan. Pada saat organisasi ingin merencanakan pengembangan arsitektur enterprise yang sesuai dengan kebutuhannya, pada umumnya akan mengalami kesulitan karena banyaknya metodologi atau[1]pun framework yang bisa digunakan. Di samping per[1]masalahan tersebut, dewasa ini organisasi juga dihadapkan pada dilema tentang bagaimana cara menyelaraskan antara strategi bisnis dengan strategi teknologi. Untuk menjawab tantangan ini organisasi harus mengembangkan arsitektur enterprise yang harus mampu menyediakan suatu frame[1]work. Hal ini untuk membuat keputusan teknologi infor[1]masi jangka panjang yang tepat guna dengan mempertim[1]bangkan kebutuhan organisasi secara keseluruhan. Pada prinsipnya arsitektur enterprise adalah tools yang digunakan untuk mewujudkan keselarasan teknologi infor[1]masi dengan bisnis yang dijalankan organisasi [1]. Kese[1]larasan hanya bisa dicapai apabila organisasi benar-benar mendefinisikan kebutuhannya secara menyeluruh. Kebu[1]tuhan dimulai dari mendefinisikan arsitektur bisnis dari or[1]ganisasi, arsitektur data yang akan digunakan, arsitektur aplikasi yang akan dibangun dan arsitektur teknologi yang nantinya mendukung jalannya aplikasi. Setiap proses dan tahapan dalam mengembangkan ar[1]sitektur enterprise sangat memperhatikan domain bisnis yang ada dalam organisasi, sedangkan domain data atau informasi dan teknologi sangat dipengaruhi oleh perkem[1]bangan dari teknologi dan aplikasi. Peran domain bisnis dalam pengembangan arsitektur enterprise mempengaruhi domain-domain yang lainnya. Domain bisnis sebuah perguruan tinggi (PT) memiliki ciri khas yang berbeda dengan bisnis jasa lainnya. Di In[1]donesia khususnya PT dibagi menjadi dua yaitu perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS). Pada prinsipnya dua jenis perguruan tinggi tersebut mem[1]punyai domain bisnis yang sama. Hal yang membedakan adalah bagaimana manajemen dari perguruan tinggi terse[1]but. Semakin besarnya perguruan tinggi maka semakin komplek kebutuhannya. Organisasi perguruan tinggi lebih menekankan arahan strategis peranan teknologi informasi dalam mendukung kegiatan akademik, operasional, keuangan, dan manaje[1]men perguruan tinggi. Hal ini diharapkan untuk terca[1]painya keselarasan investasi teknologi yang dikeluarkan dengan kebutuhan bisnis yang ada dalam perguruan tinggi [2]. Dalam makalah ini akan dibahas secara ringkas bagai[1]mana mengembangkan model arsitektur enterprise pergu[1]ruan tinggi yang nantinya diharapkan dapat digunakan oleh perguruan tinggi di Indonesia. Keselarasan penerapan sistem informasi dengan kebu[1]tuhan organisasi hanya mampu dijawab dengan memper[1]hatikan faktor integrasi didalam pengembangannya. Tu[1]juan integrasi yang sebenarnya adalah untuk mengurangi kesenjangan yang terjadi dalam proses pengembangan sis[1]tem [3]. Untuk mengurangi kesenjangan tersebut, maka diperlukan sebuah paradigma dalam merencanakan, me[1]rancang, dan mengelola sistem informasi yang disebut de[1]ngan arsitektur enterprise (enterprise architecture). Ar[1]sitektur enterprise adalah sebuah pendekatan logis, kom[1]prehensif, dan holistik untuk merancang dan mengimple[1]mentasikan sistem dan komponen sistem secara bersamaan [4]. Berbagai macam paradigma dan metode bisa digunakan dalam pengembangan model arsitektur enterprise, dianta[1]ranya adalah: - Zachman Framework, - The Open Group Architecture Framework (TOGAF), - Architecture Development Method (ADM), - Enterprise Architecture Planning (EAP), dan lainnya. Dalam makalah ini akan dibahas penggunaan TOGAF ADM dalam menghasilkan model arsitektur enterprise. Se[1]hingga akan didapatkan gambaran yang jelas cara melaku[1]kan pengembangan model arsitektur enterprise untuk men[1]dapatkan sebuah arsitektur enterprise yang baik dan bisa digunakan oleh organisasi dalam mencapai visi, misi, dan tujuan strategisnya (Gambar 1). Luaran yang dapat dicapai dari model arsitektur enter[1]prise tersebut adalah menghasilkan model dan kerangka dasar (blue print) dalam mengembangkan sistem informasi yang terintegrasi untuk mendukung kebutuhan organisasi

TINJAUAN PUSTAKA Arsitektur Enterprise Enterprise architecture atau lebih dikenal dengan ar[1]sitektur enterprise adalah deskripsi dari misi stakeholder yang di dalamnya termasuk informasi, fungsionalitas/kegu[1]naan, lokasi organisasi dan parameter kinerja. Arsitektur enterprise mengambarkan rencana untuk mengembangkan sebuah sistem atau sekumpulan sistem yang terintegrasi [6, 7]. Dalam mengimplementasikan arsitektur enterprise se[1]baiknya organisasi mengadopsi sebuah metode atau frame[1]work yang bisa digunakan dalam melakukan pengemban[1]gan arsitektur enterprise tersebut. Dengan adanya metode enterprise arsitektur organisasi diharapkan dapat mengelo[1]la sistem yang kompleks dan dapat menyelaraskan bisnis dan TI yang akan diinvestasikan [8]. Secara umum pengelompokan dari arsitektur enterprise (domain architecture) di dalam mendukung tujuan orga[1]nisasi terdiri dari arstitektur bisnis, arsitektur data, arsitek[1]tur aplikasi dan arsitektur teknologi dapat diilustrasikan pada Gambar 1. Arsitektur bisnis dipandang sebagai lan[1]dasan atau penggerak bagi komponen-komponen lain dari arsitektur enterprise. Arsitektur Bisnis dapat bertindak se[1]bagai motivator dalam mengembangkan rencana-rencana bisnis, teknologi, penggunaan aplikasi dan implementasi. Arsitektur data/informasi dipandang sebagai informasi/data yang dijadikan satu aset dalam mendukung bisnis yang akan digunakan untuk menetapkan kebutuhan sistem ap[1]likasi. Selanjutnya arsitektur ini akan digunakan mengelola sekumpulan entitas data atau mengelola informasi. Ar[1]sitektur aplikasi dipandang sebagai pendefinisian jenis ap[1]likasi utama yang akan digunakan dalam mengelola data yang telah dikumpulkan serta diperlukan juga dalam men[1]dukung bisnis. Arsitektur teknologi dipandang sebagai pen[1]definisian platform teknologi yang akan digunakan untuk penyediaan lingkungan aplikasi dalam mengelola data dan sebagai alat dalam mendukung bisnis. TOGAF ADM TOGAF muncul dengan cepat dan merupakan kerang[1]ka kerja serta metode yang dapat diterima secara luas da[1]lam pengembangan arsitektur perusahaan. Berawal dari Technical Architecture for Information Management atau (TAFIM) di Departemen Pertahanan Amerika Serikat, ke[1]rangka kerja itu diadopsi oleh Open Group pada perten[1]gahan 1990an. Spesifikasi pertama TOGAF diperkenalkan pada tahun 1995, dan TOGAF 8 (Enterprise Edition) dirilis pada awal 2004. Pada saat ini sudah ada TOGAF 9 yang secara keseluruhan melengkapi versi sebelumnya. TOGAF memberikan metode yang detil tentang bagai[1]mana membangun dan mengelola serta mengimplemen[1]tasikan arsitektur enterprise dan sistem informasi yang di[1]sebut dengan ADM [3, 9, 10, 11]. ADM merupakan metode generik berisikan sekumpu[1]lan aktivitas yang digunakan dalam memodelkan pengem[1]bangan arsitektur enterprise. Metode ini juga dapat di[1]gunakan sebagai panduan atau alat untuk merencanakan, merancang, mengembangkan dan mengimplementasikan arsitektur sistem informasi untuk organisasi [12]. TOGAF ADM juga menyatakan visi dan prinsip yang jelas tentang bagaimana melakukan pengembangan arsitek[1]tur enterprise. Prinsip tersebut digunakan sebagai ukuran dalam menilai keberhasilan dari pengembangan arsitektur enterprise oleh organisasi [3, 12]. Prinsip-prinsip tersebut meliputi prinsip Enterprise, prinsip Teknologi Informasi (TI) dan Prinsip Arsitektur. Prinsip enterprise menyebutkan bahwa pengembangan arsitektur yang dilakukan diharap[1]kan mendukung seluruh bagian organisasi, termasuk unit[1]unit organisasi yang membutuhkan. Prinsip TI lebih men[1]garahkan konsistensi penggunaan TI pada seluruh bagian organisasi, termasuk unit-unit organisasi yang akan meng[1]gunakan. Prinsip Arsitektur

METODOLOGI TOGAF ADM

 Berdasarkan Gambar 2 tahapan dari TOGAF ADM se[1]cara ringkas dapat dibagi kedalam delapam langkah. TO[1]GAF ADM terdiri dari 1) architecture vision, 2) business architecture, 3) information system architecture, 4) tech[1]nology architecture, 5) opportunities and solution, 6) mi[1]gration planning, 7) implementation governance, dan 8) architecture change management. Tahap Architecture Vision bertujuan menciptakan ke[1]seragaman pandangan mengenai pentingnya arsitektur en[1]terprise untuk mencapai tujuan organisasi yang dirumus[1]kan dalam bentuk strategi serta menentukan lingkup dararsitektur yang akan dikembangkan. Pada tahapan ini beri[1]sikan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk menda[1]patkan arsitektur yang ideal. Tahap Business Architecture mendefinisikan kondisi awal arsitektur bisnis, menentukan model bisnis atau aktivitas bisnis yang diinginkan berdasar[1]kan skenario bisnis. Pada tahap ini tools dan metode umum untuk pemodelan seperti: BPMN, IDEF dan UML bisa di[1]gunakan untuk membangun model yang diperlukan. Tahapan ketiga adalah Information System Architec[1]ture yang lebih menekankan pada aktivitas bagaimana ar[1]sitektur sistem informasi dikembangkan. Pendefinisian ar[1]sitektur sistem informasi dalam tahapan ini meliputi ar[1]sitektur data dan arsitektur aplikasi yang akan digunakan oleh organisasi. Arsitekur data lebih memfokuskan pada bagaimana data digunakan untuk kebutuhan fungsi bisnis, proses dan layanan. Teknik yang bisa digunakan dengan yaitu: ER-Diagram, Class Diagram, dan Object Diagram. Pada arsitektur aplikasi lebih menekankan pada bagaimana kebutuhan aplikasi direncanakan dengan menggunakan Ap[1]plication Portfolio Catalog, serta menitikberatkan pada mo[1]del aplikasi yang akan dirancang. Teknik yang bisa di[1]gunakan meliputi: Application Communication Diagram, Application and User Location Diagram dan lainnya. Setelah menentukan arsitektur sistem informasi lang[1]kah berikutnya adalah tahapan Technology Architecture. Tahapan ini membangun arsitektur teknologi yang diingin[1]kan, dimulai dari penentuan jenis kandidat teknologi yang diperlukan dengan menggunakan Technology Portfolio Cat[1]alog yang meliputi perangkat lunak dan perangkat keras. Tahapan ini juga akan mempertimbangkan alternatif-alter[1]natif yang diperlukan dalam pemilihan teknologi. Teknik yang digunakan meliputi Environment and Location Dia[1]gram, Network Computing Diagram, dan lainnya. Pada tahapan opportunities and solution lebih menekan pada manfaat yang diperoleh dari arsitektur enterprise yang meliputi arsitektur bisnis, arsitektur data, arsitektur aplikasi dan arsitektur teknologi, sehingga menjadi dasar bagistake[1]holder untuk memilih dan menentukan arsitektur yang akan diimplementasikan. Untuk memodelkan tahapan ini dalam rancangan bisa menggunakan teknik Project Context Dia[1]gram dan Benefit Diagram. Pada tahapan migration planning akan dilakukan pe[1]nilaian dalam menentukan rencana migrasi dari suatu sis[1]tem informasi. Biasanya pada tahapan ini untuk pemode[1]lannya menggunakaan matrik penilaian dan keputusan ter[1]hadap kebutuhan utama dan pendukung dalam organisasi terhadap impelementasi sistem informasi. Kemudian taha[1]pan implementation governance menyusun rekomendasi un[1]tuk pelaksanaan tatakelola implementasi yang sudah di[1]lakukan, tatakelola yang dilakukan meliputi tatakelola or[1]ganisasi, tatakelola teknologi informasi, dan tatakelola ar[1]sitektur. Pemetaaan dari tahapan ini bisa juga dipadukan dengan framework yang digunakan untuk tatakelola seperti COBITS dari IT Governance Institute (ITGI) [10]. Taha[1]pan terakhir yaitu architecture change management mene[1]tapkan rencana manajemen arsitektur dari sistem yang baru dengan cara melakukan pengawasan terhadap perkembang[1]an teknologi dan perubahan lingkungan organisasi, baik internal maupun eksternal serta menentukan apakah akan dilakukan siklus pengembangan arsitektur enterprise beri[1]kutnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Model Arsitektur Bisnis Sebelum memulai pemodelan bisnis ini, maka hal yang harus dilakukan pertama kali adalah mendefinisikan suatu pertanyaan, yang berhubungan dengan pedoman yang di[1]gunakan perguruan tinggi dalam menjalankan bisnisnya. Kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi merupakan aktivitas inti dalam sebuah perguruan tinggi. Aktivitas inti ini tidak akan bisa dijalankan dengan baik, apabila tidak ada dukun[1]gan dari aktivitas lainnya, seperti: manajemen keuangan, manajemen sarana dan prasarana serta manajemen sumber daya manusia dan lainnya. Untuk mengidentifikasi area fungsional utama dan pen[1]dukung dari perguruan tinggi digambarkan dalam bentuk rantai nilai seperti diilustrasikan pada Gambar 3. Masing[1]masing kegiatan utama dan pendukung dapat diuraikan se[1]bagai berikut. Fungsi Utama terdiri dari tiga kegiatan yaitu: Penerimaan Mahasiswa, Operasional Akademik, dan Peng[1]lepasan Akademik. Penerimaan Mahasiswa adalah kegi[1]atan penerimaan mahasiswa baru sedangkan OperasionaAkademik dideskripsikan sebagai kegiatan akademik yang ditujukan kepada mahasiswa sejak terdaftar sampai lulus. Kemudian Penglepasan Akademik adalah kegiatan yang berhubungan dengan keluarnya mahasiswa. Untuk Fungsi Pendukung terdiri dari Manajemen Aset & Sarana Prasara[1]na, Manajemen Sumber Daya Manusia, dan Manajemen Keuangan. Pendukung Manajemen Aset & Sarana Prasara[1]na merupakan kegiatan pengelolaan barang dan jasa meli[1]puti kegiatan yang dimulai dari merencanakan keberadaan[1]nya sampai dengan penghapusan. Sedangkan Manajemen Sumber Daya Manusia adalah kegiatan penentuan kebu[1]tuhan dan alokasi sumber daya manusia. Terakhir adalah Manajemen Keuangan yang mencakup kegiatan pengelo[1]laan keuangan. Untuk memodelkan arsitektur bisnis, terdapat berbagai teknik yang bisa digunakan, seperti Business Process Mod[1]eling Notation (BPMN), Functional Decomposition Dia[1]gram (FDD), diagram Unified Modeling Language (UML), dan Integration Definition for Function Modeling (IDEF0) [5]. Pada tahapan kedua dari TOGAF ADM yaitu Ar[1]sitektur Bisnis (Business Architecture) juga menyediakan teknik yang bisa digunakan untuk memodelkan arsitektur bisnis tersebut, antara lain BPMN. Sebelum memodelkan arsitektur bisnis yang ada di per[1]guruan tinggi, berikut akan dilakukan terlebih dahulu peru[1]musan turunan fungsi bisnis dan fungsi pendukung berda[1]sarkan rantai nilai dari Gambar 3 yang sudah dijelaskan sebelumnya. Adapun bentuk turunan dari fungsi bisnis utama dan pendukung akan digambarkan dengan Func[1]tional Decomposition Diagram (FDD). Salah satu contoh FDD bisa dilihat pada Gambar 4. Agar model arsitektur bisnis dapat dipahami dengan baik maka fungsi-fungsi bisnis yang telah didefinisikan da[1]pat digambarkan dengan BPMN. Model proses BPMN me[1]rupakan representasi grafis mengenai satu atau beberapa aspek sistem manajemen dari suatu organisasi, karena se[1]cara langsung juga memberikan gambaran yang jelas ten[1]tang siapa pembuat keputusan untuk setiap proses. Salah satu contoh BPMN untuk fungsi penetapan kalender aka[1]demik perguruan tinggi ditunjukkan pada Gambar 5. Di[1]samping hasil analisis dan dokumentasi proses bisnis yang sudah dibuat, sebaiknya juga diperlukan evaluasi terhadap proses bisnis sehingga menghasilkan proses bisnis yang lebih efektif dan efisien.

Model Arsitektur Data

Arsitektur data haruslah dapat mengidentifikasikan da[1]ta yang mendukung fungsi-fungsi bisnis seperti yang terde[1]finisi dalam model bisnis. Untuk mendefinisikan arsitek[1]tur data, pertama sekali didaftarkan kandidat entitas data dengan melakukan brainstorming terhadap orang, tempat, dan kejadian yang memiliki makna (informasi) sehubung[1]an dengan model bisnis perguruan tinggi. Untuk mendefinisikan arsitektur data, TOGAF ADM merekomendasikan sebuah katalog (Data Component Cat[1]alog) yang berisikan kumpulan data yang ada dalam orga[1]nisasi. Rekomendasi lainnya adalah Business Function Ma[1]trix yang menggambarkan hubungan relasi fungsi bisnis dengan entitas data yang ada dalam perguruan tinggi. Beri[1]kut akan dijelaskan tentang sebagian Data Component Cat[1]alog dalam sebuah perguruan tingg.

Arsitektur Enterprise

  ARSITEKTUR ENTERPRISE Salah satu faktor pendorong organisasi untuk meman [1] faatkan arsitektur enterprise dikarenakan semakin mening [1...